MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR DI SEKOLAH DASAR YANG BAIK

Oleh: Prof. Dr. Zulfikar Ali Buto Siregar, M.A. (Direktur Pascasarjana UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe)

Sekolah dasar merupakan tahap awal yang sangat penting dalam membentuk karakter, kepribadian, serta kebiasaan belajar anak. Pada fase ini, anak mulai mengenal dunia pengetahuan secara sistematis dan belajar beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Oleh sebab itu, pengembangan budaya belajar yang positif di sekolah dasar menjadi aspek yang krusial. Budaya belajar tidak hanya mencakup aktivitas belajar-mengajar di ruang kelas, tetapi juga meliputi nilai-nilai, kebiasaan, serta lingkungan yang mendorong anak untuk menjadikan proses belajar sebagai bagian alami dari kehidupan sehari-hari. Era pendidikan modern saat ini, tantangan dalam membangun budaya belajar di sekolah dasar semakin beragam dan kompleks. Anak-anak tumbuh di tengah perkembangan teknologi digital yang cepat dan penuh daya tarik. Teknologi memang memberikan kesempatan besar untuk memperkaya pengalaman belajar, tetapi tanpa pengawasan dan arahan yang tepat, hal tersebut dapat mengurangi fokus dan ketekunan anak dalam belajar. Oleh karena itu, upaya menumbuhkan budaya belajar yang baik harus dilakukan secara bersama-sama melalui kerja sama yang erat antara sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.

Budaya belajar merupakan sekumpulan nilai, kebiasaan, serta sikap positif yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah untuk menumbuhkan semangat belajar secara berkelanjutan. Sekolah yang berhasil membangun budaya belajar yang kuat tidak hanya menghasilkan siswa yang berprestasi secara akademik, tetapi juga membentuk pribadi yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, pantang menyerah, dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Dengan budaya belajar yang baik, siswa belajar bukan semata-mata demi memperoleh nilai yang tinggi, melainkan karena mereka memahami bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa depan.

Pada jenjang sekolah dasar, pembentukan budaya belajar sebaiknya dimulai melalui penanaman kebiasaan positif sejak dini. Misalnya, guru dapat menanamkan kebiasaan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, atau mengajak siswa membuat jadwal belajar harian sederhana agar mereka terbiasa mengatur waktu dengan baik. Selain itu, guru juga dapat mendorong anak untuk berani bertanya ketika menemui kesulitan, mengerjakan tugas tepat waktu, serta mendengarkan dan menghargai pendapat teman saat berdiskusi di kelas. Nilai-nilai dasar seperti disiplin, rasa ingin tahu, tanggung jawab, serta saling menghargai menjadi pondasi utama bagi terbentuknya budaya belajar yang sehat. Contohnya, ketika seorang siswa terbiasa membaca buku tambahan di luar pelajaran sekolah karena rasa ingin tahu yang tinggi, hal itu menunjukkan bahwa budaya belajar telah tumbuh dalam dirinya. Dengan demikian, budaya belajar tidak hanya membentuk kemampuan akademik, tetapi juga menumbuhkan karakter positif yang akan menjadi bekal penting bagi anak dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan budaya belajar yang positif di sekolah dasar. Seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga berperan sebagai teladan dan pembentuk karakter bagi peserta didiknya. Sikap, cara mengajar, serta cara guru berinteraksi dan memberikan motivasi akan sangat memengaruhi bagaimana siswa memandang kegiatan belajar. Anak-anak di usia sekolah dasar cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, sehingga figur guru menjadi panutan penting dalam membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Pertama, guru perlu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, dan bermakna. Pembelajaran tidak seharusnya terbatas pada buku teks atau ceramah di kelas, tetapi dapat dikemas dalam bentuk kegiatan yang mendorong rasa ingin tahu siswa. Guru bisa memanfaatkan permainan edukatif, eksperimen sederhana, kegiatan kelompok, atau proyek kreatif yang melibatkan aktivitas langsung. Misalnya, dalam pelajaran sains, guru dapat mengajak siswa menanam biji kacang di pot kecil dan mencatat pertumbuhannya setiap hari. Dari kegiatan sederhana itu, siswa belajar tentang proses pertumbuhan tanaman, melatih ketelitian, sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugasnya. Contoh lain, dalam pelajaran matematika, guru bisa mengajak siswa berbelanja pura-pura di “pasar kelas” untuk mempraktikkan konsep uang dan berhitung dengan cara yang menyenangkan. Kedua, guru harus mampu menjadi teladan dalam semangat belajar dan perilaku positif. Guru yang gemar membaca, terbuka terhadap ide baru, dan menunjukkan rasa antusias terhadap proses belajar akan memberi inspirasi kepada siswa. Anak-anak akan melihat bahwa belajar bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan dan kesenangan. Misalnya, guru yang sering bercerita tentang buku yang baru dibacanya atau menampilkan eksperimen kecil di depan kelas menunjukkan bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Keteladanan semacam ini jauh lebih efektif dibanding sekadar memberikan nasihat agar siswa rajin belajar.Ketiga, guru perlu menanamkan budaya apresiasi dan memberikan umpan balik positif kepada siswa. Penghargaan tidak selalu harus berupa hadiah, melainkan bisa dalam bentuk kata-kata penyemangat atau pengakuan atas usaha siswa. Ucapan sederhana seperti “Kamu sudah berusaha keras hari ini” atau “Tulisanmu semakin rapi dari kemarin” dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi intrinsik anak. Dengan demikian, siswa belajar memahami bahwa proses berusaha lebih penting daripada hasil akhir semata. Sebagai contoh, ketika seorang siswa mencoba menyelesaikan soal sulit namun belum berhasil, guru tetap bisa memberikan apresiasi atas kegigihannya. Hal ini membuat anak merasa dihargai dan berani mencoba lagi di kesempatan berikutnya.

Melalui suasana belajar yang menyenangkan, keteladanan guru, serta budaya apresiasi yang positif, sekolah dasar dapat menjadi tempat yang menumbuhkan kecintaan anak terhadap belajar. Guru berperan sebagai motor penggerak yang menanamkan nilai-nilai belajar sepanjang hayat, bukan hanya untuk keberhasilan akademik, tetapi juga untuk pembentukan karakter yang kuat dan berdaya saing di masa depan.

Selain peran guru, sekolah juga memegang tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya budaya belajar yang positif. Sekolah seharusnya menjadi ruang yang aman, nyaman, dan menumbuhkan semangat belajar bagi seluruh warganya. Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan adalah dengan menata ruang belajar yang menarik, interaktif, dan ramah anak. Misalnya, ruang kelas dapat dihiasi dengan hasil karya siswa, kutipan motivasi, atau papan informasi yang menampilkan tema pelajaran secara kreatif. Contohnya, di SD Negeri 2 Sukamaju, setiap kelas memiliki “pojok prestasi” tempat anak-anak memajang hasil karyanya, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berkarya. Sekolah juga dapat menumbuhkan budaya belajar melalui berbagai program literasi dan pembentukan karakter. Kegiatan seperti membaca bersama selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, lomba menulis cerita pendek, atau program “Hari Tanpa Gadget” bisa menjadi sarana efektif untuk meningkatkan minat baca, kreativitas, dan interaksi sosial siswa. Misalnya, di beberapa sekolah penggerak, kegiatan “Literasi Pagi” telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa secara signifikan.

Program sederhana seperti “Student of the Week” atau penghargaan untuk “Kelas Terbersih dan Tertib” juga dapat menanamkan nilai tanggung jawab, kerja sama, dan kebanggaan terhadap lingkungan sekolah. Melalui penghargaan ini, anak belajar bahwa perilaku positif dan kedisiplinan merupakan bagian penting dari proses belajar. Lebih lanjut, budaya belajar yang kuat tidak hanya dibangun oleh siswa, tetapi juga oleh komunitas guru. Sekolah perlu mendorong terciptanya lingkungan kolaboratif di mana para guru saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inovasi pembelajaran. Misalnya, kegiatan seperti lesson study atau teacher learning community dapat menjadi wadah bagi guru untuk bersama-sama merancang dan mengevaluasi praktik pembelajaran. Ketika para guru memiliki semangat belajar yang tinggi, hal ini akan secara langsung menular kepada siswa dan menciptakan budaya belajar yang hidup di seluruh ekosistem sekolah.

Share this Post